BAB
I
PENDAHULUAN
A. Masa
remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang
baik. Ini diakibatkan karena sikap remaja yang ingin mencoba hal-hal yang baru.
Pada perkembangan fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian
organ-organ seksualnya secara fisik termasuk perubahan perilaku atau tingkah lakunya banyak di pengaruhi oleh hormon tersebut. Namun
yang menjadi perhatian kita adalah pergaulan remaja pada zaman sekarang
ini sudah sampai pada taraf mengkhawatirkan. Media massa baik elektronik
maupun cetak dengan leluasa menampilkan hal-hal yang menjadi salah satu faktor
penyebab kerusakan akhlak generasi muda pada masa sekarang ini.Bukan masalah
akhlak saja, akibat dari itu juga menimbulkan rendahnya kualitas belajar siswa ketika mengalami gangguan
pada masa-masa remaja.Untuk itu bimbingan orang tua terhadap anak pada
seusia remaja sangatlah dibutuhkan agar mereka dapat tumbuh berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di
atas, dapat di simpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
Factor-faktornya :
ü Kurangnya perhatian dari orang tua atau keluarga .
ü Semakin canggihnya teknologi, sehingga dampak teknologi
menimbulkan pergaulan yang bebas.
Cara
menghindarinya :
ü Semakin diperketatnya pengawasan dari
orang tua terhadap anaknya yang sedang mengalami masa remaja.
ü Pemerintah harus menutup situs-situs
atau blog yang merusak moral remaja.
.
C.
Tujuannya :
1.
Untuk memenuhi tujuan dari tugas
budi pekerti .
2.
Mengidentifkasi dan memberikan
gambaran bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan remaja.
3.
Untuk mengetahui hubungan antara
kenakalan remaja dengan keberfungsian
sosial keluarga.
D.
Manfaatnya :
-
Agar kita mengerti apa saja
bentuk-bentuk kenakalan remaja dan bagaimana dampak dari kenakalan remaja.
BAB II
A.
PEMBAHASAN
Masa remaja
merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah.Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial,
yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial.Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia
yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.
Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi
valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia
pubertas yangdahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada
awal belasan bahkan sebelum usia 11
tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siapmenghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di
saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola
perkembangan yang pasti.Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung
karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu
mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada
diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan
suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti,
konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan pada berbagai dimensi kehidupan
dalam diri mereka.Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan
perubahan pada dimensi-dimensi tersebut, antara lain:
1.
Dimensi
Biologi
Pada saat seorang anak memasuki masa
pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun
perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan
yang sangat besar.
2.
Dimensi
Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam
pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan
periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations).Pada periode ini,idealnya para remaja sudah memiliki
pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak.Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
3.
Dimensi
Moral
Masa remaja adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,
perang, dan keadaan sosial. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan.Namun, remaja akan lebih banyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai
melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui dan
dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan
seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalamsuatu
lingkungan tertentu. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral
reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya
kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu
dengan kenyataan yang ada di sekitarnya.Mereka lalu merasa perlu
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru.Perubahan inilah yang seringkali
mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau
otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.
Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral
yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia
akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh
subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi
tertentu. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang
ditanamkan oleh orang tua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat
besar jika orang tua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang
logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan
nilai-nilai tersebut. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu
jawaban dana alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih
yang terbaik.Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan
bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung.
4.
Dimensi Psikologis
Masa remaja
merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil
penelitian di Chicago olehMihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984)
menemukan bahwa remajarata-rata memerlukan
hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang
luar biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang
sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah.Meski mood remaja yang mudah
berubah-ubah dengan cepat,h al tersebut belum tentu merupakan gejala
atau masalah psikologis.Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja
mengalami perubahan yangdramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness).
Mereka sangat rentan terhadap pendapat
orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi
atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi ataumengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu
membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan . Remaja cenderung untuk
menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan
berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam
di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik
pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkandirinya dikagumi lawan
jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat. Pada usia 16tahun ke atas,
keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa
orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang
dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selaludiperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi
tidak berdasar. Pada saat inilah,remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan
kenyataan.Para remaja juga seringmenganggap diri mereka serba mampu, sehingga
seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan
mereka.Tindakan impulsif sering dilakukan karena
mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka
pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan
tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri,
dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab
inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri
positif pada remaja.
Ø Penyimpangan seks pada remaja.
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul
remaja sangatlah diperlukan agar mereka
tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama.
"Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman
kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka
hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang
bersikap terpuji. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari
kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan
remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu
sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada
diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan
dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.Kematangan organ reproduksi dan
perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus
media informasi baik elektronik maupun nonelektronik akan sangat berpengaruh
terhadap perilaku seksual individu remajatersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal
kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi
pada remaja diluar pernikahan.Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika
terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung
dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan
di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan
mengucilkan siswi tersebut. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan
atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk
mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga
sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja
yang mengidap HIV/AIDS
Beberapa penyebab rentannya remaja
terhadap HIV/AIDS, yaitu:
1.
Kurangnya
informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman danupaya pencegahan yang
bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda.Kurangnya informasi ini disebabkan
adanya nilai-nilai agama, budaya,moralitas
dan lainlain, sehingga remaja seringkali tidak memperolehinformasi maupun
pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnyadapat membantu remaja
terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularanHIV/AIDS.
2.
Perubahan fisik dan emosional pada
remaja yang mempengaruhi doronganseksual.
Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu
yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
3.
Adanya informasi yang menyuguhkan
kenikmatan hidup yang diperoleh melalui
seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai
media cetak atau elektronik.
4.
Adanya tekanan
dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks,misalnya untuk membuktikan
bahwa mereka adalah jantan.
Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti
oleh remaja, karena HIV/AIDSmempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala
awalnya tidak segera terlihat.
BAB III
MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA
REMAJA
Selain ketiga masalah psikososial
yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas
terdapat pula masalah-masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan
remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar,
depresi dll. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari
berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa.
Ditangan remaja lahmasa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara
yang dapatdilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah
yangterjadi pada remaja, yaitu antara lain :
Peran Orangtua
:
ü Menanamkan pola asuh yang baik pada
anak sejak prenatal dan balita
ü Membekali anak dengan dasar moral dan
agama
ü Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua ±
anak
ü Menjalin kerjasama yang baik dengan
guru
ü Menjadi tokoh panutan bagi anak baik
dalam perilaku maupun dalam halmenjaga lingkungan yang sehat
Peran Guru :
ü Bersahabat dengan siswa
ü Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
ü Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada
kegiatanekstrakurikuler
ü Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
ü Meningkatkan peran dan pemberdayaan
guru BP.
REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT
Remaja yang
bersikap hidup sehat adalah remaja:
1.
Mengerti tujuan hidup.
2.
Memahami faktor penghambat maupun
pendukung.
3.
perkembangankematangannya.
4.
Bergaul dengan
bijaksana.
5.
Terus menerus memperbaiki diri.
Dengan demikian remaja dapat
diharapkan menjadi remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui
dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan,dengan kata lain remaja harus
mengerti dirinya sendiri.
Faktor yang berkembang pada
setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual.
Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3.Emosional 30%
4. Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat
sedangkan faktor lainnya berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang
tidak seimbang inilah yangmenimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap
perilaku remaja. Kadang-kadang ia ingin
dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai
orang tua, teman.
Hubungan
dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter ------- demokratis
2. Tertutup ------- terbuka
3. Formal ------- informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan
"dalam perjalanan menuju" . Sehingga
dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub
atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa."Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:
-
Fisik yang
kuat.
-
Emosi yang
cepat tersinggung.
-
Sering mengambil keputusan tanpa
berfikir panjang.
Pertimbangan agama, falsafah,
ataupun tatakrama hanya kadang-kadangsaja dipakai Dan "Dalam perjalanan
menuju" yang paling penting diketahuioleh remaja adalahbagaimana remaja
dapat berproses :
-
Menuju fisik
yang ideal
-
Menuju emosi
kelakian ataupun kewanitaan yang utu
-
Menuju cara berfikir dewasa
-
Menuju mempercayai hal-hal yang
agamais, bersifat falsafah dan bersifat tatakrama
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pada dasarnya kenakalan remaja
meliputi semua perilaku yangmenyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja.Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan
orang-orang disekitarnya.
2.
Kenakalan remaja pada zaman sekarang
ini disebabkan oleh beberapa factor. Perilaku nakal remaja disebabkan oleh
factor remaja itu sendiri(internal) maupun factor dari luar (eksternal).
3.
Remaja harus
bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui
masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
4.
Adanya
motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
5.
Anak-anak yang tidak disukai oleh
teman-temannya lebih cenderumg untuk menyendiri.Anak yang demikian akan dapat
menyebabkan kegoncangan emosi pada dirinya
.
6.
B.
Saran
Perlu adanya tindakan-tindakan dari
pemerintah untuk mengawasi tindakanremaja di Indonesia agar tidak terjerumus
pada kenakalan remaja. Dan perlunya
penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diriseorang
remaja
1 komentar:
Blogku: muhamandrianto.blogspot.com :)
Posting Komentar