Rabu, 14 November 2012

Kenakalan Remaja



BAB  I
PENDAHULUAN


A.  Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik. Ini diakibatkan karena sikap remaja yang ingin mencoba hal-hal yang baru. Pada perkembangan fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secara fisik termasuk perubahan perilaku atau tingkah lakunya banyak di pengaruhi oleh hormon tersebut. Namun yang menjadi perhatian kita adalah pergaulan remaja pada zaman sekarang ini sudah sampai pada taraf mengkhawatirkan. Media massa baik elektronik maupun cetak dengan leluasa menampilkan hal-hal yang menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan akhlak generasi muda pada masa sekarang ini.Bukan masalah akhlak saja, akibat dari itu juga menimbulkan rendahnya kualitas belajar siswa ketika mengalami gangguan pada masa-masa remaja.Untuk itu bimbingan orang tua terhadap anak pada seusia remaja sangatlah dibutuhkan agar mereka dapat tumbuh berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

B.   Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat di simpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
Factor-faktornya :
ü Kurangnya perhatian dari orang tua atau keluarga .
ü  Semakin canggihnya teknologi, sehingga dampak teknologi menimbulkan pergaulan yang bebas.
Cara menghindarinya :
ü  Semakin diperketatnya pengawasan dari orang tua terhadap anaknya yang sedang mengalami masa remaja. 
ü  Pemerintah harus menutup situs-situs atau blog yang merusak moral remaja.

.
C.  Tujuannya :

1.     Untuk memenuhi tujuan dari tugas budi pekerti . 
2.     Mengidentifkasi dan memberikan gambaran bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan remaja.
3.     Untuk mengetahui hubungan antara kenakalan remaja dengan keberfungsian sosial keluarga.


D. Manfaatnya :
-         Agar kita mengerti apa saja bentuk-bentuk kenakalan remaja dan bagaimana dampak dari kenakalan remaja.



BAB II


A.   PEMBAHASAN

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah.Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yangdahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siapmenghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut, antara lain:

1.     Dimensi Biologi
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.


2.     Dimensi Kognitif 
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).Pada periode ini,idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.

3.     Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar  bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, dan keadaan sosial. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.Namun, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalamsuatu lingkungan tertentu. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya.Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru.Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.
Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orang tua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dana alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik.Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung.

4.     Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago olehMihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remajarata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood  senang luar  biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah.Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat,h al tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yangdramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi ataumengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan . Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkandirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat. Pada usia 16tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar  bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selaludiperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.Para remaja juga seringmenganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka.Tindakan impulsif sering dilakukan karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar  pembentukan jati diri positif pada remaja.
 

Ø Penyimpangan seks pada remaja.
 Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun nonelektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remajatersebut. Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan.Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS
    
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS, yaitu: 
1.     Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman danupaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda.Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya,moralitas dan lainlain, sehingga remaja seringkali tidak memperolehinformasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnyadapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularanHIV/AIDS. 
2.     Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi doronganseksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
3.     Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
4.     Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks,misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.

Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDSmempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.


BAB III
MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA

Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah-masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lahmasa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapatdilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yangterjadi pada remaja, yaitu antara lain :
Peran Orangtua :
ü Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
ü Membekali anak dengan dasar moral dan agama
ü Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua ± anak 
ü Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
ü  Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam halmenjaga lingkungan yang sehat

 Peran Guru :
ü Bersahabat dengan siswa
ü Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
ü Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatanekstrakurikuler 
ü Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
ü Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP.
REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT

Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:
1.     Mengerti tujuan hidup.
2.     Memahami faktor penghambat maupun pendukung.
3.     perkembangankematangannya.
4.     Bergaul dengan bijaksana.
5.     Terus menerus memperbaiki diri.

Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjadi remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan,dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri.
Faktor yang berkembang  pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3.Emosional 30%
4. Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yangmenimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja. Kadang-kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang tua, teman.
Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter ------- demokratis
2. Tertutup ------- terbuka
3. Formal ------- informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju" . Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa."Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:
-         Fisik yang kuat.
-         Emosi yang cepat tersinggung.
-         Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang.

Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadangsaja dipakai Dan "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting diketahuioleh remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :

-         Menuju fisik yang ideal
-         Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utu
-         Menuju cara berfikir dewasa
-         Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat tatakrama

 




BAB IV
PENUTUP


   A.            Kesimpulan

1.     Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yangmenyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja.Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
2.     Kenakalan remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa factor. Perilaku nakal remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri(internal) maupun factor dari luar (eksternal).
3.     Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
4.           Adanya motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
5.           Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya lebih cenderumg untuk menyendiri.Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi pada dirinya .
6.            

   B.            Saran

Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakanremaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja. Dan perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diriseorang remaja
   


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Blogku: muhamandrianto.blogspot.com :)